Akidah tentang Allah Menurut Metode Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

 Akidah tentang Allah Menurut Metode Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Akidah tentang Allah Menurut Metode Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (Foto/Abdul Wahab Ahmad)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab (Cucu MBAW pendiri gerakan Wahabi) menulis sebuah kitab berjudul At-Taudhih (التوضيح عن توحيد الخلاق في جواب أهل العراق) yang berisi penjelasan-penjelasan tentang akidah menurut metode kakeknya, yakni Syaikh MBAW sendiri.

Di antara isinya adalah pernyataan bahwa Allah tidak bertempat. Ya, anda tidak salah baca, isinya adalah pernyataan bahwa Allah tidak bertempat sebagaimana terlihat dalam gambar tangkapan layar kitab yang terlampir.

Akidah tentang Allah Menurut Metode Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Akidah tentang Allah Menurut Metode Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (foto oleh Abdul Wahab Ahmad)

Berikut ini pernyataan selengkapnya:

ومنزه تعالى عن سمات أي علامات النقص، فهو تعالى لا تحله الحوادث ولا يحل في حادث ولا ينحصر فيه. فمن اعتقد أو قال أن الله بذاته في كل مكان أو في مكان فكافر، بل يجب الجزم بأنه تعالى بائن من خلقه مستو على عرشه من غير تكييف ولا تشبيه ولا تمثيل، فالله تعالى كان ولا مكان، ثم خلق المكان، وهو تعالى كما كان قبل خلق المكان، ولا يعرف بالحواس ولا يقاس بالناس، ولا مدخل في ذاته وصفاته وأفعاله للقياس

Artinya:

“Allah Maha Suci dari tanda-tanda kekurangan. Allah Ta’ala tidak ditempati oleh hal-hal yang mempunyai permulaan dan tidak bertempat dalam hal-hal yang mempunyai permulaan dan juga tidak terbatas di dalamnya,

Maka barangsiapa yang meyakini atau berkata bahwa Allah dengan dzatnya ada di segala tempat atau ada di satu tempat maka dia kafir.

Bahkan wajib memastikan bahwa Allah Ta’ala berbeda dari makhlukNya, istawa atas arasynya tanpa memberi kayfiyah, menyerupakan dan tanpa menyamakan.

Allah Ta’ala sudah ada sejak tidak ada tempat kemudian Allah menciptakan tempat dan Ia tetap seperti semula sebelum tempat tercipta (tak bertempat).

Allah tidak dapat dikenal dengan panca indra dan tidak dapat dikiaskan dengan manusia dan sama sekali tidak ada celah untuk kias bagi zatnya sifat-sifatnya atau tindakan-tindakannya. “

Pernyataan Syaikh Sulaiman ini bertolak belakang dengan akidah Wahabi-Taymiy yang beredar sekarang dan justru sama dengan ajaran Ahlussunah wal Jamaah (Asy’ariyah-Maturidiyyah).

Beberapa pengkaji Wahabi meragukan nisbat kitab ini pada Syaikh Sulaiman cucu MBAW dan memilih menganggapnya sebagai karya murid MBAW yang bernama Syaikh Muhammad bin Ali bin Gharib.

Terlepas apakah kitab ini ditulis oleh cucunya sendiri atau murid langsungnya, isinya secara meyakinkan dinisbatkan kepada ajaran MBAW. Saya (AWA) berharap ini betul-betul akidah beliau.

Semoga bermanfaat. []

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *