Akibat COVID-19, Perekonomian Negara Berkembang Hadapi Keruntuhan

HIDAYATUNA.COM – United Nations Development Programme (UNDP), telah memperingatkan bahwa wabah virus corona, atau yang lebih dikenal dengan sebutan covid-19, telah mengancam untuk menghancurkan perekonomian negara-negara miskin ketika mereka bersiap untuk mengatasi krisis kesehatan tersebut dengan sumber dayanya yang sangat terbatas.
Dalam sebuah laporan UNDP yang dirilis pada hari Senin, menyatakan bahwa sosial ekonomi yang menghantam negara miskin dan negara berkembang ini akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih kembali. Mereka juga menekankan bahwa kerugian pendapatan di negara-negara tersebut diperkirakan akan melebihi $220 miliar.
“Untuk petak besar di dunia, pandemi ini akan meninggalkan bekas yang sangat mendalam. Tanpa adanya dukungan dari komunitas internasional, kita dihadapkan pada risiko kemunduran dari apa yang telah kita dapatkan selama dua dekade terakhir, dan sebuah generasi akan hilang,” kata Achim Steiner, seorang Administrator dari UNDP.
Hilangnya sumber pendapatan bisa berakibat sangat parah bagi seluruh masyarakat, yang termasuk di bidang-bidang seperti pendidikan, hak asasi manusia dan ketahanan pangan. UNDP juga memperingatkan bahwa rumah sakit dan klinik di negara-negara berkembang kemungkinan akan dibanjiri dan kekurangan sumber daya, yang pastinya akan semakin memperparah proses penyebaran virus COVID-19. Kisaran hingga 75 persen warga di negara-negara yang kurang maju kekurangan akses terhadap air dan sabun.
“COVID-19 dapat dengan cepat membanjiri sebuah sistem kesehatan yang rapuh dan terlalu meregang di banyak negara. Sejauh ini, kita telah melihat epidemi (virus corona) di negara-negara yang dapat dikatakan telah memiliki sistem kesehatan yang maju, tetapi mereka pun harus berjuang dengan sangat keras untuk mengatasinya,” kata Mandeep Dhaliwal, seorang Direktur dari bagian HIV, Kesehatan dan Pembangunan di UNDP.
“Kita harus segera berfokus pada respon yang efektif terhadap COVID-19, dalam perekonomian yang baru muncul maupun sedang berkembang, terutama untuk menjangkau mereka yang paling rentan, seperti para penghuni kawasan kumuh, tahanan, migran dan pengungsi,” tambahnya.
Pada hari Jumat, Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF), telah menekankan perlunya memberikan keringanan hutang kepada negara-negara berkembang. Selain mengaktifkan program darurat yang menawarkan sokongan dan pinjaman, kedua lembaga keuangan itu juga meminta kepada para kreditor bilateral resmi untuk memberikan keringanan hutang sesegera mungkin kepada negara-negara termiskin di dunia.
“Negara-negara miskin akan menerima pukulan yang paling keras, terutama negara yang sudah terlilit hutang sebelum krisis (virus corona),” kata Presiden Bank Dunia David Malpass, kepada Komite Moneter dan Keuangan Internasional, panitia pengarah IMF.
“Banyak negara akan membutuhkan keringanan hutang. Ini adalah satu-satunya cara agar mereka dapat memusatkan sumber daya barunya untuk memerangi pandemi dan konsekuensi ekonomi dan sosialnya,” katanya.
Malpass mengatakan bahwa saat ini Bank Dunia telah memiliki operasi darurat yang sedang berjalan di 60 negara, dan dewannya sedang mempertimbangkan 25 proyek pertama yang bernilai hampir $2 miliar di bawah sebuah fasilitas fast-track sebesar $14 miliar, yang akan digunakkan untuk membantu mendanai kebutuhan kesehatan yang sangat diperlukan sesegera mungkin.
Sementara itu, UNDP mengatakan bahwa mereka saat ini sedang mendukung sistem kesehatan di China, Ukraina, Iran, Eritrea, Nigeria, dan Vietnam. Mereka memperkirakan perlu $500 juta untuk mendukung 100 negara, di mana efek jangka panjangnya akan dirasakan oleh kelompok yang paling rentan dan terpinggirkan.
Sumber : Aljazeera.com