Akibat Corona, Tak Ada Lagi Adat Bersalaman dan Beribadah di Masjid Negara-Negara Teluk
Akibat wabah virus corona, kini tidak ada lagi adat bersalaman dan beribadah di masjid di negara-negara Teluk.
HIDAYATUNA.COM – Lebih dari 870 kasus COVID-19 telah tercatat di enam negara yang menjadi bagian dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC), tetapi sejauh ini belum ada korban kematian terkait dengan virus yang telah dilaporkan tersebut.
Menghadapi meningkatnya ancaman terhadap kesehatan masyarakat itu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Bahrain, Qatar dan Oman, telah mengambil langkah-langkah drastis untuk memerangi pandemi ini.
Warga di Ibukota Oman, Muscat, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa ada banyak situasi ‘ketakutan dan kepanikan’ yang dapat dilihat atas apa yang banyak mereka sebut sebagai ‘coronaphobia’, pada saat botol kecil disinfektan telah berada di hampir setiap kantong atau tas orang-orang yang sedang beraktivitas.
Mereka juga mengatakan bahwa banyak orang yang saling mengenal saat bertemu telah berhenti melakukan jabat tangan ataupun saling mencium pipi, sebuah ucapan yang umum dilakukan di seluruh dunia Arab.
Di Arab Saudi, Abu Abdulrahman yang berusia 60 tahun mengatakan bahwa dia merasa canggung tentang norma-norma sosial yang berubah dengan sangat cepat.
“Apakah saya harus berjabat tangan dan mencium atau tidak? Saya tidak tahu. Saya mencoba untuk tidak melakukan hal itu, tapi saya merasa malu. Bagaimana jika orang itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu?” katanya.
Sementara itu, UEA dan Qatar telah menyarankan para warganya untuk menghentikan salam tradisional ‘hidung ke hidung’ yang biasa mereka lakukan, dengan Abu Dhabi (ibukota UEA) menginstruksikan kepada warga bahwa memberi salam dengan melambaikan tangan saja sudah cukup.
Langkah-langkah untuk memerangi penyebaran virus corona ini juga telah mempengaruhi cara beribadah dari seluruh umat Muslim di negara Teluk.
Setelah Arab Saudi kemarin menghentikan seluruh ziarah Umrah di negaranya, mereka juga menyarankan warganya untuk tidak lagi beribadah di masjid jika mereka sedang memiliki gejala virus tersebut.
Kuwait bahkan mengambil langkah-langkah tambahan dengan melarang semua kegiatan ibadah berjamaah, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara dimana ratusan ribu orang melakukan ibadahnya secara berjamaah di setiap harinya.
“Shalat-lah di rumah, shalat-lah di rumah,” terdengar suara adzan di Kuwait dalam sebuah rekaman yang viral di media sosial pada hari Sabtu kemarin.
Di negara Teluk yang banyak didominasi oleh Muslim Sunni, terdapat juga ratusan ribu Muslim Syiah, yang banyak dari mereka sering melakukan perjalanan ke Iran secara teratur untuk melakukan ziarah.
Meskipun selama ini ada situasi ketegangan di antara beberapa negara Teluk dengan Teheran (ibukota Iran), belum ada laporan tentang peningkatan gesekan sosial di antara dua sekte tersebut.
Hal itu terjadi di tengah keputusan Arab Saudi untuk ‘me-Lockdown’ distrik Qatif yang sebagian besarnya adalah warga Syiah, tempat dimana sebagian besar kasus virus corona di Arab Saudi dilaporkan.
“Ini adalah waktunya untuk bersatu secara lokal, regional dan global,” kata Zainab Abdul Amir, seorang anggota parlemen di Bahrain, kepada kantor berita AFP.
“Tidak ada lagi ruang untuk kebencian, kemarahan, diskriminasi atau sektarianisme,” tambahnya. (Aljazeera.com)
Baca Juga: Aktivis Anti-ekstremis Protes Pelanggaran HAM Terhadap Muslim Uighur