Akhirnya, Taliban-AS Menandatangani Perjanjian Damai Afghanistan
Pada akhirnya, Taliban-AS menandatangani perjanjian damai Afghanistan. Hal ini penting untuk kedamiaan di negara tersebut
HIDAYATUNA.COM – Setelah berbulan-bulan melakukan negoisasi di ibukota Qatar, akhirnya pada hari Sabtu (29/02/2020), para pejabat Amerika Serikat (AS) dan perwakilan dari Taliban menandatangani perjanjian damai yang bertujuan untuk mengakhiri perang terpanjang dari AS, yang telah bertempur di Afghanistan sejak tahun 2001.
Perjanjian yang ditandatangani di Doha (Ibukota Qatar), di hadapan para pemimpin dari negara Pakistan, Qatar, Turki, India, Indonesia, Uzbekistan dan Tajikistan itu, akan membuka jalan bagi keinginan AS untuk secara bertahap menarik pasukannya dari tanah Afghanistan.
Perlu diketahui, kedua belah pihak telah lama berselisih mengenai permintaan AS untuk adanya gencatan senjata sebelum perjanjian damai di antara mereka ditandatangani. Sebuah perjanjian yang diketahui memiliki empat poin, yaitu; penarikan seluruh pasukan AS dan NATO dari tanah Afghanistan dalam jangka waktu 14 bulan, Taliban menjamin bahwa tanah Afghanistan tidak akan digunakan sebagai landasan peluncuran serangan-serangan yang akan mengancam keamanan AS, peluncuran negosiasi intra-Afghanistan pada tanggal 10 Maret, dan gencatan senjata yang permanen dan komprehensif.
Dalam sebuah pernyataan, Taliban mengatakan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan ‘tentang penghentian pendudukan tanah Afghanistan oleh pihak asing’.
“Kesepakatan tentang penarikan penuh seluruh pasukan asing dari Afghanistan, dan tidak akan pernah ikut campur tangan dalam urusannya di masa depan, tak bisa diragukan lagi bahwa itu adalah pencapaian yang sangat besar,” tambahnya.
Mohammed Naeem, seorang perwakilan dari Taliban di Doha, menggambarkan perjanjian itu sebagai ‘langkah maju’ dalam menuju perdamaian di Afghanistan.
“Dengan kesepakatan ini, berakhirlah perang di Afghanistan,” katanya kepada Al Jazeera.
Sementara itu, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo, telah meminta kepada Taliban untuk menghormati komitmennya.
“Saya tahu pasti akan ada godaan untuk menyatakan kemenangan, tetapi kemenangan bagi rakyat Afghanistan hanya akan tercapai ketika mereka bisa hidup damai dan makmur,” katanya pada saat penandatanganan di Doha kemarin.
Beberapa menit sebelum perjanjian damai itu ditandatangani, sebuah pernyataan bersama yang dirilis oleh AS dan pemerintah Afghanistan, mengatakan bahwa pasukan AS dan NATO akan mundur dari tanah Afghanistan dalam kurun waktu 14 bulan.
Sekitar 14.000 tentara AS dan kurang lebih 17.000 tentara dari 39 sekutu NATO dan negara-negara mitranya telah ditempatkan di Afghanistan dalam peran non-kombatan.
“Amerika Serikat akan mengurangi jumlah pasukan militernya di Afghanistan menjadi 8.600 orang, dan akan mengimplementasikan komitmen lainnya yang ada di dalam perjanjian AS-Taliban dalam waktu 135 hari setelah deklarasi bersama ini, dan juga perjanjian AS-Taliban diumumkan,” kata pernyataan bersama itu.
Pernyataan itu juga menambahkan bahwa pemerintah Afghanistan akan berinteraksi dengan Dewan Keamanan PBB ‘untuk menghapus anggota Taliban dari daftar yang terkena sanksi’ hingga batas waktu 29 May mendatang.
“Tidak ada kesepakatan yang sempurna, dan kesepakatan AS-Taliban ini pun tidak terkecuali,” kata Robert Malley, presiden dan CEO dari International Crisis Group.
“Tetapi (kesepakatan) itu merupakan langkah yang paling memiliki harapan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama dua dekade dan telah merenggut banyak nyawa dari khususnya warga Afghanistan, maupun warga Amerika. (Kesepakatan) Itu harus dirayakan, didukung dan dijadikan pondasi untuk mencapai perdamaian intra-Afghanistan yang sejati,” tambahnya. (Aljazeera.com)