Ajurrumiyyah Karya Ibnu Ajurrum: Kitab Matan Nahwu yang Paling Banyak Diminati

 Ajurrumiyyah Karya Ibnu Ajurrum: Kitab Matan Nahwu yang Paling Banyak Diminati

Ajurrumiyyah Karya Ibnu Ajurrum

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dalam khazanah pesantren, ilmu alat Arab yakni kitab Ajurrumiyyah karya Ibnu Ajurrum merupakan salah satu kitab matn nahwu yang paling populer. Tidak hanya di pesantren Indonesia, kitab ini juga paling banyak diminati di kalangan akademisi Arab.

Hal ini dijelaskan Kamran As’at Irsyady. Dalam sebuah tesisnya berjudul “Fath Gafir Al-Khatiyyah ‘Ala Al-Kawakib Al-Jaliyyah Fi Nazm Al-Ajurrumiyah Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani.”

“Salah satu matn nahwu yang paling banyak diminati dan mendapat apresiasi luas di kalangan pesantren dan kalangan akademisi Arab adalah “al-Muqaddimah al-Ajurrumiyyah”. Karya Ibnu Ajurrum (Abu Abdullah Muhammad ibnu Muhammad ibnu Dawud as-Sinhaji 672-723 H) yang dikembangkan dalam bentuk syarh nazm, hasyiyyah, dan taqrirat,” ungkap Kamran As’at Irsyady dikutip Rabu (6/1/2021).

Menurutnya berdasarkan catatan bibliografi Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zunun, kitab turunan yang lahir dari matan Ajurrumiyyah jumlahnya mencapai ratusan.

Lebih lanjut, apresiasi kreatif terhadap matn al-Ajurrumiyyah maupun kitab turunannya juga diberikan oleh ulama-ulama Nusantara, terutama mereka yang pernah mengenyam pendidikan di Haramain yang kemudian dikenal dengan sebutan Ashab al-Jawiyyin (Komunitas Intelektual Jawa).

“Syaikh Muhammad ibnu ‘Umar an-Nawawi al-Bantani (w. 1316 H) misalnya menulis dua syarah atas matan ini. Pertama syarah atas matan al-Ajurrumiyyah yang diberi judul “Kasyf al-Murutiyyah ‘an Sutur al-Ajurrumiyyah”. Kedua syarah atas nazam Ajurrumiyyah Abdussalam an-Nibrawi,” jelasnya.

Ulama Nusantara anggota komunitas Ashhab al-Jawiyyin lainnya yang memberikan apreasiasi ilmiah terhadap al-Ajurrumiyyah adalah Syaikh Muhammad Ma’sum ibnu Salim as-Samarani as-Safatuni. Ia berasal dari Kampung Sepaton Semarang. Ia merupakan salah satu guru dari Syaikh Muhammad Mahfuz at-Tarmasi (1285-1338 H).

“Ia menulis sebuah hasyiyah atas Syarh al-Ajurrumiyyah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (w. 1304) yang kemudian ia beri judul “Hasyiyah Tasywiq al-Khillan ‘ala Syarh al-Ajurrumiyyah li Ahmad Zaini Dahlan” (Tasywiq al-Khillan anotasi atas komentar Ahmad Zaini Dahlan terhadap al- Ajurrumiyyah),” ujarnya.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *