Abdullah bin Rawahah, Sahabat Rasulullah Tegas Tolak Suap

 Abdullah bin Rawahah, Sahabat Rasulullah Tegas Tolak Suap

Sa’id (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Kisah Abdullah bin Rawahah, sahabat Rasulullah Saw yang secara tegas tolak suap mestinya menjadi teladan bagi umat manusia. Terutama era sekarang ini, dimana tindak korupsi seolah makin subur. Suatu ketika, Rasulullah hendak melakukan penarikan jizyah atau pajak bagi penduduk non-Muslim di Khaibar. Sesuai dengan kesepakatan, masyarakat harus membayar pajak karena tinggal di wilayah kekuasaan Islam.

Nabi Muhammad Saw. meminta Abdullah bin Rawahah untuk mengecek harta benda warga Khaibar. Khaibar sendiri merupakan tempat tinggal kaum Yahudi. Abdullah bin Rawahah kemudian mendatangi Khaibar dan mulai memeriksa serta menghitung jumlah kurma yang berada di atas pohon milik warga.

Abdullah bin Rawahah yang tengah memeriksa jumlah kurma tiba-tiba dikejutkan dengan upaya salah seorang masyarakat yang hendak memberinya suap berupa perhiasan. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar Abdullah bin Rawahah mengurangi hitungan harta masyarakat dan memberikan keringanan pajak.

Namun lelaki dari Bani Kharaj itu dengan tegas menolak suap yang diberikan oleh masyarakat. Suap adalah harta haram sehingga ia tidak memakannya. Sejak saat itu, Abdullah bin Rawahah dikenal sebagai sosok yang tegas dan jujur.

Abdullah bin Rawahah adalah sahabat Nabi Saw. yang menjadi salah satu orang pertama yang menyatakan keislamannya dari 12 orang di kalangan Anshar sebelum hijrah. Ia begitu pandai membuat puisi, rangkaian kata-kata yang disusunnya dalam bait syair menarik perhatian Nabi Muhammad Saw. Ia baktikan kemampuan membuat syair tersebut untuk kejayaan Islam setelah mendapat dorongan dari Rasulullah Saw. masuk Islam.

Gugur dalam Membela Islam

Abdullah bin Rawahah tidak hanya hidup dalam berkesenian membuat syair, ia juga mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Abdullah bin Rawahah turut membela Islam saat terjadinya Perang Mu’tah melawan balatentara Romawi yang hampir mencapai 200.000 orang. Ia berdiri di depan barisan pasukan Muslim.

Dalam Perang mu’tah, Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang pertama dan Ja’far bin Abi Thalib panglima perang kedua, gugur. Abdullah bin Rahawah pun kemudian meraih panji perang dari tangan Ja’far. Ia memimpin pasukan dan terus menerjang barisan tentara musuh.

Abdullah bin Rahawah akhirnya gugur juga dalam pertempuran Mu’tah. Posisinya sebagai panglima perang kemudian digantikan oleh Khalid bin Walid atas persetujuan seluruh anggota pasukan dalam pertempuran Mu’tah.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *