89 Persen Muslim, Turkmenistan Didominasi Sunni

 89 Persen Muslim, Turkmenistan Didominasi Sunni

Mendirikan pemerintahan wajib bagi Islam (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sejak lepas dari kungkungan Uni Soviet pada tahun 1991, Turkmenistan resmi menjadi negara merdeka. Saat itu pula, perlahan pertumbuhan muslim di negara tersebut mulai meningkat.

Islam sejatinya telah menjadi agama mayoritas di wilayah Turkmenistan sejak abad 10. Namun setelah dikuasai Uni Soviet pada 1925, agama Islam melemah.

Pasca merdeka, negara tersebut menetapkan konstitusinya sebagai negara sekuler. Dimana semua hal yang berkaitan dengan agama dipisahkan dari urusan negara.

Sempet terkungkung akibat pengaruh kekuatan komunis, kini Islam di Turkmenistan menunjukkan pertumbuhan yang baik. Ini menyusul adanya kebebasan dalam berkeyakinan di masyarakat.

Lantas apa mayoritas muslim di Turkmenistan? Berdasarkan laporan The Diplomat sebagaimana dilansir Republika, mayoritas muslim di Turkmenistan adalah muslim Sunni.

“89 persen penduduk negara tersebut adalah Muslim (mayoritas Sunni) pada 2021,” tulis laporan tersebut dilansir Rabu (13/9/2023).

Adapun sisanya yakni 9 persen penduduk Turkmenistan penganut Ortodoks Timur. Sementara 2 persennya mengidentifikasi diri mereka sebagai lainnya.

Sunni merupakan kelompok Islam yang menganut ajaran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Kelompok Sunni mengakui empat madzhab utama, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, yang merupakan panduan dalam pemahaman dan aplikasi hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai informasi, keberadaan Islam sangat dibatasi di Turkmenistan saat negara tersebut dikuasai Uni Soviet yang menganut ideologi komunisme.

Selama pemerintahan Uni Soviet, masjid dan sekolah agama diberangus oleh pemerintah. Pemerintah Soviet juga membakar buku-buku berbahasa Arab.

Selain itu, mereka yang teridentifikasi sebagai muslim tidak diizinkan memegang jabatan politik. Situasi ini membuat Islam tersingkirkan dalam kehidupan publik. []

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *