8 Hikmah Puasa Perspektif Al-Jurjawi

 8 Hikmah Puasa Perspektif Al-Jurjawi

Puasa Perspektif Al-Jurjawi

HIDAYATUNA.COM – Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu dari beragam ibadah yang memiliki nilai berlipat di sisi Allah. Tak kaget kalau Ramadhan sendiri merupakan kado terindah yang diberikan Allah kepada umat Islam.

Puasa merupakan ibadah yang sejatinya telah disyariatkan kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW, maka wajar jika puasa merupakan salah satu ibadah “tua”.

Allah SWT. selalu memberikan hikmah di balik setiap syariat yang diturunkan. Hikmah merupakan manfaat atau pelajaran yang didapat dari suatu peristiwa atau perintah dan larangan.

Begitu juga dalam konteks ibadah puasa, terdapat banyak hikmah di balik pensyariatannya. Paling tidak, ada depalan hikmah menurut Syekh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam kitab Hikmat Al-Tasyrī’ wa Falsafatuhu.

1. Mengendalikan Syahwat dan Menguatkan Rasionalitas

Dalam diri seseorang, paling tidak terdapat kontestasi antara akal dan syahwat. Orang yang berpuasa akan dituntun untuk senantiasa menggunakan rasionalitas akal untuk mengendalikan syahwat.

Syahwat perlu dikendalikan agar tidak menjerumuskan pada kesesatan. Orang yang melakukan perbuatan-perbuatan tercela disebabkan karena syahwat yang selalu mendominasi daripada akal.

Oleh karena itu, akal harus menjadi penuntun agar syahwat dapat terkendali dengan baik. Orang yang berpuasa akan terlatih mengendalikan nafsu dan lebih menjernihkan akal-budi.

2. Merasa Diawasi oleh Allah (muraqobatullah)

Orang yang berpuasa akan selalu merasa diawasi oleh Allah (muraqobatullah) sehingga apa pun yang ia kerjakan akan selalu berorientasi pada kebaikan. Ibadah puasa sejatinya hanya diketahui oleh orang yang menjalankannya dan Allah semata.

Seseorang tidak bisa lepas dari pengawasan Allah. Apa saja yang dikerjakan, pasti diketahui oleh Allah.

Syekh al-Jurjawi menegaskan bahwa jika sifat ini membekas dalam sanubari manusia, maka niscaya tidak ada lagi perbuatan-perbuatan tercela atau kejahatan (jarimah). Hal ini karena semua berprilaku baik, selalu dalam pengawasan Allah.

3. Merasakan Kondisi yang Dialami Fakir Miskin

Orang tidak akan memahami kondisi orang yang sulit, kecuali bahwa ia pernah merasakannya. Orang yang tidak pernah merasakan lapar, maka tidak akan mengerti kondisi orang yang hidup kelaparan.

Oleh sebab itu, ibadah puasa mengajarkan untuk lebih berempati kepada mereka yang berada pada garis kemiskinan. Bahkan, Syekh al-Jurjawi menceritakan bahwa sebagian penguasa dan raja juga melakukan laku puasa.

Para raja mengosongkan perutnya meskipun dikelilingi oleh makanan dan pelayanan yang mewah. Hal itu lantaran mereka hendak merasakan kondisi rakyatnya yang berada dalam kondisi lapar.

4. Mentadabburi Nikmat Allah

Seorang akan menyadari hakikat pentingnya sesuatu manakala hal itu hilang darinya. Orang kurang bahkan tidak merasakan nikmatnya sehat kecuali nikmat tersebut sudah hilang darinya.

Orang yang sakit lebih memahami bahwa sehat merupakan anugerah dan nikmat yang besar. Saat puasa, kita dilatih mensyukuri nikmat yang selama ini kita rasakan tanpa kita sadari.

5. Sadar Diri sebagai Makhluk Lemah

Mengetahui bahwa sejatinya manusia adalah makhluk yang lemah. Ternyata manusia meskipun dengan otot yang besar dan badan yang kekar akan sangat bergantung pada makanan dan minuman.

Kesadaran bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa makan dan minum pada akhirnya akan mengikis kesombongan yang mencokol dalam diri. Sekuat apa pun, sekaya apa pun, sepintar apa pun manusia tanpa makanan dan minuman ternyata manusia tidak bisa hidup.

6. Menjaga Syahwat

Jiwa manusia jika diselimuti oleh syahwat, merasa dirinya kuat maka ia akan melampau batas. Namun sebaliknya, jika syahwatnya lemah maka, jiwanya akan kembali kepada Allah.

Orang yang sakit cenderung bersikap pasrah berserah diri serta berdoa untuk kesembuhannya. Oleh karena itu, syahwat sejatinya harus dikendalikan agar tidak merasa diri sebagai makhluk yang dapat segalanya.

7. Memiliki Sifat Malaikat

Orang yang berpuasa menyerupai sifat malaikat ruhaniyyin, yang selalu berdzikir, bertasbih kepada Allah. Orang yang berpuasa akan disibukkan dengan amaliah yang baik, amaliah ilahiyah, sehingga tidak ada waktu baginya untuk melakukan perbuatan yang tidak bernilai, sia-sia.

Maka, wajar jika orang yang berpuasa memiliki perangai seperti malaikat yang selalu melakukan perintah-perintah Allah seraya memujiNya.

8. Berpuasa Memiliki Manfaat Kesehatan

Hal ini karena sesungguhnya perut merupakan sumber penyakit dan setiap anggota tubuh perlu untuk diistirahatkan. Begitu juga dengan perut yang membutuhkan istirahat sebagaimana anggota tubuh lainnya.

Selama ini, perut selalu berkerja dan mencerna setiap makanan yang masuk tanpa adanya istirahat. Bahkan, Syekh al-Jurjawi menyebutkan penjelasan sebagian ahli medis.

Puasa memberikan kesehatan bagi tubuh manusia, baik penyakit yang menahun, maupun penyakit menular, bahkan juga bermanfaat bagi kesehatan kulit. Orang yang berpuasa cenderung memiliki kulit yang lebih bersinar dan lebih bersih.

Demikian beberapa catatan hikmah dipahami dan disampaikan oleh Syekh al-Jurjawi. Meskipun demikian, hikmah tersebut sebatas yang dapat diamati dan dipahami.

Tentu saja, masih banyak hikmah yang ada di balik pensyariatan ibadah puasa. Semoga ibadah puasa yang kita jalani mendapat ridhoNya dan membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik. Amin.

Muhammad Iqbal Juliansyahzen

Dosen IAIN Purwokerto

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *