5 Adab Memberi Nasihat Orang Lain Menurut Islam

 5 Adab Memberi Nasihat Orang Lain Menurut Islam

Cara Menasihati (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Sebagai manusia sudah sewajarnya jika memiliki kesalahan. Namun, sebagai manusia yang peduli, maka sudah  seharusnya untuk saling tolong-menolong. Salah satunya dengan memberikan nasihat.

Tidak jarang orang mengartikan pemberian nasihat ini sebagai sesuatu hal yang negatif. Bahkan ada beberapa orang juga yang merasa sakit hati ketika dirinya mendapatkan nasihat.

Sedangkan pemberian nasihat sendiri bertujuan untuk memperbaiki. Bukan berarti bersifat menggurui dan merasa yang paling benar. Melalui sebuah nasihatlah, perbuatan salah yang telah dilakukan bisa segera disadari, dievaluasi, dan diperbaiki.

Sehingga hal yang salah tersebut tidak berlanjut. Oleh karena itu, agar nasihat kita bisa didengarkan dengan baik, maka di dalam Islam sendiri sudah mengajarkan bagaimana adab yang baik untuk memberikan nasihat kepada orang lain.

Berikan Nasihat Secara Lemah Lembut

Di dalam Al Quran surat Taha ayat 44 Allah SWT berfirman:

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.

Melalui ayat tersebut telah jelas bahwa di dalam memberikan nasihat, maka hendaknya untuk disampaikan secara lemah dan lembut. Pembawaan yang lemah lembut ini bukan berarti harus mengurangi bahkan membuang kewibawaan di dalam diri kita. Tetap pertahankan kewibawaan dan sampaikan secara baik nasihat tersebut agar bisa diterima oleh hatinya.

Memerhatikan Kondisi yang Tepat Saat Memberikan Nasihat

Di dalam memberikan nasihat tidak bisa dilakukan kapan saja sesuka hati kita. Waktu yang tepat di dalam memberikan nasihat sangatlah penting. Karena hal ini akan berpengaruh pada diterima atau tidaknya nasihat kita.

Bisa dibayangkan ketika kita memberikan nasihat di saat orang tersebut masih dalam suasana hati yang tidak baik serta emosi yang memenuhi dirinya. Hal seperti ini justru akan membuat nasihat semakin sulit diterima.

Sebagaimana Ibnu Mas’ud pernah mengatakan:

Sesungguhnya kadang kala hati bersemangat dan mudah menerima, dan kadang kala hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima serta tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.”

Memberi Nasihat Secara Pribadi

Adab memberikan nasihat kepada orang lain yang perlu untuk diperhatikan adalah hindari pemberian nasihat di tempat umum. Karena hal ini sama saja kita sedang membuka aib di depan banyak orang dan membuat orang yang menerima nasihat merasa dipermalukan.

Sikap seperti ini tidaklah baik dan semakin memojokkan orang yang menerima nasihat. Oleh karena itu, pemberian nasihat sebaiknya disampaikan secara pribadi, yakni antara Anda dan orang tersebut.

Sebagaimana Al-Hafizh Ibnu Rajab pernah mengatakan di dalam Jami’ Al-Ulum Wal Hikam:

Apabila para salaf hendak memberikan nasihat kepada seseorang, maka mereka akan menasihatinya secara rahasia. Barangsiapa yang menasihati saudaranya berdua saja, maka begitulan nasihat. Dan barangsiapa yang menasihatinya di depan umum, maka sebenarnya ia sedang mempermalukannya.”

Memberikan Nasihat Dengan Kasih Sayang

Ketika kita hendak memberikan nasihat, maka kita tidak diizinkan untuk menggunakan suara yang keras dan bersifat memaksakan. Hal ini dikhawatirkan nasihat kita tidak akan diterima.

Oleh karena itu, dalam memberikan nasihat sebaiknya kita sampaikan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Dengan begitu, orang tersebut akan merasa luluh, menyadari kesalahannya, dan bisa menerima nasihat kita dengan baik untuk segera memperbaiki.

Memberikan Contoh Yang Baik

Ketika kita bisa menasihati orang lain, namun diri kita sendiri tidak melakukannya maka hal ini bisa dikatakan sebagai “jarkoni” yang dalam Bahasa Jawa adalah kepanjangan dari “bisa ngajar ora bisa nglakoni” (Orang yang mengajari sesuatu pada orang lain, tanpa ia sendiri melakukannya).

Dengan begitu, sebelum memberikan nasihat sebaiknya kita bertanya kepada diri sendiri terlebih dahulu. “Sudahkah saya melakukannya?”

Jika kita sendiri tidak melakukan, tetapi memberikan nasihat pada orang lain, di sinilah kepercayaan kepada diri kita akan dipertanyakan. Dengan begitu, kita sebaiknya menyeimbangkan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan kita.

Melalui adab memberikan nasihat kepada orang lain, hal ini diharapkan mampu memutus rantai kesalahan agar tidak terus mengalami keberlanjutan.

Karena sebagai seorang muslim yang baik, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengajak setiap orang dalam berlomba-lomba mencapai kebaikan. Tentunya tanpa adanya rasa sakit hati, dipojokkan, direndahkan, maupun digurui. Sehingga, kebaikan yang kita inginkan pun bisa terwujud.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *