4 Tokoh Nasional Tolak Dikaitkan Publikasi Bernada Adu Domba
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Empat tokoh nasional secara tegas tolak dikaitkan dengan publikasi bernada tuduhan dan berpotensi mengarah kepada adu domba.
Sebelumnya, tuduhan ditayangkan di situs web Bayt ar-Rahmah dan disebarluaskan oleh LibForAll Foundation. Keduanya LSM Amerika Serikat (AS), didirikan dan dipimpin oleh C. Holland Taylor yang kabarnya bermukim di Indonesia.
Keempat tokoh tersebut, pertama Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Kedua, Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan (Guru Besar Emeritus Universitas Muhammadiyah Surakarta). Ketiga, Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga), dan Prof. Dr. Azyumardi Azra (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah).
“Kami mengungkapkan keterkejutan dan ketidakpercayaan kami. Ketika membaca artikel yang didistribusikan LibForAll dan ditayangkan di situs web Bayt ar-Rahmah tersebut.” Demikian siaran pers bersama keempat tokoh nasional yang diterima Hidayatuna.com dari Kantor Hukum Maruarar Siahaan & Partners, Senin (29/11/2021).
Publikasi tersebut didistribusikan secara luas melalui alamat email LibForAll Foundation. “POLITICAL COMMUNIQUÉ: 2021_10_28_Nahdlatul Ulama Circular Letter: Executive Summary” itu ditayangkan pula di situs Bayt ar-Rahmah.
Penyataan Bernada Adu Domba
Di dalam artikel tersebut terdapat pernyataan bernada tuduhan yang menyebutkan berikut ini:
“…sebuah surat edaran yang didistribusikan kepada mereka yang memimpin Nahdlatul Ulama, sebagai respons terhadap upaya-upaya oleh Institut Leimena. Suatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di Jakarta dan penyokong-penyokong asingnya — Institute for Global Engagement (IGE) dan American Jewish Committee (AJC) yang berbasis di Amerika Serikat — untuk memanfaatkan Nahdlatul Ulama dan Kementerian Agama Indonesia yang sangat kuat. Dalam menjalankan suatu agenda yang berpotensi memecah belah dengan didikte oleh aktor-aktor asing, yang hendak mengubah lanskap sosiokultural, agama, dan politik Indonesia yang kompleks.”
(“… a circular letter distributed to those who govern Nahdlatul Ulama, in response to efforts by the Leimena Institute, a Jakarta-based NGO and its foreign backers — the U.S.-based Institute for Global Engagement (IGE) and American Jewish Committee (AJC) — to harness Nahdlatul Ulama and Indonesia’s powerful Ministry of Religious Affairs in service of a potentially disruptive agenda dictated by foreign actors, who seek to reshape Indonesia’s complex socio-cultural, religious and political landscape”).
Keempat tokoh nasional melalui Kuasa Hukum, Dr. Maruarar Siahaan SH, telah melayangkan surat penolakan tegas ke LibForAll Foundation di Amerika Serikat. Ditujukan kepada CEO dan Chairman, C. Holland Taylor, pada tanggal 19 November 2021.
3 Persoalan yang Jadi Sorotan
1. Bersifat Koordinasi
Pernyataan bernada tuduhan dalam artikel yang disebarluaskan LibForAll tersebut tidak ada dalam Surat Edaran Nahdlatul Ulama (NU). Bertanggal 20 September 2021 yang dikutip dan yang intinya hanya bersifat koordinasi. Agar kerja sama dengan Institut Leimena, Institute for Global Engagement (IGE), dan American Jewish Committee (AJC) terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dan mendapat persetujuan langsung dari PBNU.
Hal ini diperjelas dalam surat balasan Pengurus Besar NU (PBNU) tertanggal 22 November 2021, nomor 4268/B.III.02/11/2021, kepada AJC perihal Surat Edaran NU tersebut. Di mana PBNU sama sekali tidak menuduh masalah apa pun di pihak AJC, IGE, dan Institut Leimena.
PBNU menegaskan, untuk selalu mendorong kerja sama dengan pihak mana pun. Sepanjang berkomitmen untuk penegakan Hak Asasi Manusia, demokratisasi, perdamaian, dan kemanusiaan yang sejalan dengan apa yang dilakukan Institut Leimena.
2. Tidak Ada Sumber dan Bukti yang Jelas
Sementara sumbernya tidak jelas, artikel Bayt ar-Rahmah/LibForAll tersebut juga tidak memberikan bukti apa pun. Untuk mendukung pernyataannya yang bernada tuduhan.
“Berdasarkan pengalaman langsung kami berinteraksi dengan Institut Leimena, kami tidak menemukan fakta apa pun yang dapat mendukung pernyataan tersebut. Kami sangat menghormati organisasi ini, misi dan aktivitasnya, yang sangat bertolak belakang dengan pernyataan tersebut. Bagi kami pernyataan tersebut membingungkan, tidak pantas dan berlebihan karena mengandung tuduhan tanpa dasar.”
Demikian pernyataan mereka.
3. Tidak Ada Komunikasi terkait Penyebaran
Sekalipun nama-nama empat tokoh ini tercantum dalam Board of Advisors LibForAll Foundation, rencana penyebarannya tidak pernah dikomunikasikan terlebih dulu oleh CEO LibForAll, C. Holland Taylor. Bahkan, mereka tidak pernah diajak berkonsultasi untuk memperoleh nasihat terkait kebijakan atau kegiatan LibForAll selama bertahun-tahun.
“Kami tidak ikut bertanggung jawab seandainya terdapat akibat-akibat hukum yang timbul. Jika pernyataan tersebut mengandung pelanggaran menurut hukum di Indonesia dan di mana pun,” tandas keempat tokoh tersebut melalui kuasa hukumnya.
Lebih jauh lagi, mereka menyatakan secara tegas tidak ingin diasosiasikan dalam cara atau bentuk apa pun. Dengan LibForAll atau organisasi lain yang dipimpin atau didirikan oleh C. Holland Taylor, dalam posisi apa pun. Keempatnya juga mendesak penghapusan nama-nama mereka dari segala publikasi LibForAll, termasuk situs webnya.
Langkah empat tokoh nasional ini untuk menjauhkan diri secara terbuka dari C. Holland Taylor dan seluruh organisasi asingnya amat penting. Bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan bangsa dan negara.
Langkah ini semakin mendesak dengan keluarnya surat balasan PBNU ke AJC tanggal 22 November 2021 yang eksplisit. Surat tersebut menegaskan bahwa secara kelembagaan tidak pernah memberikan mandat kepada Sdr. C. Holland Taylor, sosok utama di balik dua lembaga asing, LibForAll (libforall.org) dan Bayt ar-Rahmah (baytarrahmah.org).
Langkah empat tokoh nasional dan ormas Islam terbesar ini perlu menjadi peringatan bagi kita semua. Agar tidak mudah terbawa hasutan dan senantiasa menjaga persatuan bangsa, termasuk dari lembaga asing. Seperti LibForAll dan Bayt arRahmah yang menyebar tuduhan tak berdasar dan bernada adu domba. (rel/pca)