4 Nasihat Orang Tua untuk Mengikis Ekspektasi Sosial Terhadap Anak Perempuan

4 Nasihat Orang Tua untuk Mengikis Ekspektasi Sosial Terhadap Anak Perempuan (Ilustrasi/Freepik_KamranAydinov)
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Hidup di tengah lingkungan masyarakat yang meletakkan banyak ekspektasi sosial di pundak kita tentu rasanya melelahkan.
Apalagi menjadi orang tua yang hidup di lingkungan dengan tekanan standar tertentu pada pola pengasuhan anak.
Tidak hanya menjadi orang tua, menjadi anak perempuan atau laki-laki pun sama melelahkannya karena sama-sama dituntut untuk memenuhi ekspektasi sosial tempat ia tinggal. Terlebih pada perempuan.
Anak perempuan rasanya masih saja mendapatkan beban tuntutan yang lebih berat karena ekspektasi sosial terhadapnya lebih kompleks.
Seringkali anak perempuan mendapatkan lebih banyak larangan atau aturan daripada anak laki-laki.
Aturan-aturan sosial yang seringkali timpang terhadap anak perempuan ini tentu saja dapat mempengaruhi bagaimana ia mempersepsikan dirinya sendiri.
Sebagai orang tua yang lelah dengan ekspektasi sosial yang timpang dan tidak adil terhadap anak perempuan, kita bisa ucapkan hal-hal di bawah ini untuk menguatkan persepsi anak tentang dirinya sendiri.
Bukan hanya sekedar kata-kata. Apa yang orang tua sampaikan kepada anak perempuannya akan berdampak besar pada bagaimana ia memandang dirinya.
Alih-alih terus mengikuti ekspektasi sosial yang timpang terhadap anak perempuan, orang tua bisa sampaikan hal-hal berikut ini untuk mengikis tuntutan sosial yang masih dilekatkan pada anak-anak perempuan.
Kamu Boleh Mencari Apa yang Kamu Suka
Alih-alih mengatakan, “anak perempuan gak usah neko-neko” sebagaimana yang sering kita dengar, orang tua bisa mengatakan bahwa anak perempuan pun boleh mencari dan menekuni apa yang dia suka.
Memiliki hobi atau capaian tertentu tentu saja baik selama tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Tidak ada salahnya jika anak perempuan memiliki hobi atau capaian tertentu yang membuatnya lebih bahagia.
Apalagi jika keterampilan tertentu yang ia capai nantinya akan memberi manfaat di kehidupannya kelak.
Kamu juga boleh nyaman dengan dirimu
Anak perempuan seringkali dinasehati dengan kata-kata semisal, “anak perempuan harus bisa disukai” atau “anak perempuan harus bisa berbaur.”
Padahal menjadi anak/pribadi yang selalu disukai semua orang adalah hal yang mustahil. Setiap orang memiliki isi kepala dan kecenderungannya masing-masing.
Bagaimana bisa seseorang dapat menyenangkan dan disukai semua orang? Apalagi bukan tugas kita untuk menyenangkan semua orang.
Hal ini perlu juga diajarkan kepada anak terutama perempuan.
Tidak setiap anak memiliki karakter pandai berbaur dan basa-basi dengan banyak orang.
Daripada menuntut anak perempuan harus bisa berbaur, orang tua bisa menyampaikan pada anak bahwa ia hanya perlu merasa nyaman dengan diri sendiri.
Tidak setiap tempat bisa membuat anak nyaman, tentu saja. Juga, tidak setiap circle cocok untuk anak. Setiap circle memiliki “watak”nya sendiri.
Anak tidak perlu dipaksa untuk bisa berbaur jika tempatnya memang tidak sesuai dengan keinginan dan kenyamanan anak.
Kamu Boleh Bilang ‘Tidak’
Sudah sangat sering kita dengar ungkapan-ungkapan semisal, “anak perempuan harus nurut.”
Ini adalah satu ekspektasi sosial terhadap anak perempuan yang sangat populer di masyarakat kita.
Tuntutan sosial ini tentu saja bias gender, timpang, dan sudah pasti tidak relevan di zaman sekarang.
Alih-alih menyuruh anak perempuan untuk selalu mengiyakan, orang tua bisa ajarkan bahwa anak perempuan juga boleh berkata “tidak.”
Anak tidak harus selalu berkata “ya” atau selalu setuju dengan sesuatu. Anak perempuan juga boleh memiliki gagasannya sendiri.
Menjadi anak perempuan tidak berarti harus selalu tampil menyenangkan dan menuruti orang lain.
Orang tua juga bisa ajarkan anak perempuannya untuk membuat boundaries atau batasan-batasannya sendiri.
Lebih penting lagi, boundaries ini harus kita hargai sebagai orang tua. Dengan begitu, anak juga belajar menghargai batasan orang lain.
Kamu Berharga
Ini juga menjadi hal terpenting, menanamkan bahwa setiap anak adalah berharga. Orang tua bisa mengajarkan pada anak perempuannya bahwa mereka berharga.
Orang tua tak perlu membanding-bandingkan anak perempuannya dengan anak perempuan lain.
Dengan demikian, anak-anak perempuan tidak merasa harus berkompetisi mengalahkan yang lain hanya untuk memenangkan ekspektasi sosial.
Sebab, masing-masing anak berharga dengan caranya sendiri. Tanpa menjadi orang lain atau mengikuti standar tertentu pun, anak tetap berharga dengan dirinya sendiri.
Pada akhirnya, yang menantang bagi orang tua adalah menekankan pada anak bahwa tidak semua ekspektasi sosial cocok dan baik untuk mereka, terutama pada anak perempuan.
Setiap pribadi tentu boleh memiliki “value” sendiri dan tidak harus sama dengan ekspektasi sosial.
Meskipun hanya kata-kata, tapi hal-hal di atas jika disampaikan kepada anak perempuan tentu dapat berdampak pada bagaimana mereka mempersepsikan dirinya.
Dengan begitu dapat pula mengikis standar-standar sosial yang timpang pada anak perempuan.
Orang tua sebagai orang terdekat dan role model bagi anak bisa membantu membangun kepercayaan diri anak, menerima kondisinya, dan selalu mengingatkan bahwa mereka juga sangat berharga.
Beberapa kalimat di atas tentu saja bisa juga diajarkan kepada anak laki-laki dan itu sama baiknya.
Karena anak perempuan di masyarakat kita masih saja mendapat tuntutan sosial lebih banyak, rasanya hal-hal di atas perlu lebih ditekankan lagi kepada anak-anak perempuan kita. []