3 Sifat Mulia Warisan Nabi dan Para Salihin

 3 Sifat Mulia Warisan Nabi dan Para Salihin

Tasht-Gozari, Sebuah Ritual Kuno Peringati Muharram di Iran (Ilust/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Ketika diperdengarkan kisah-kisah orang salih, tentunya hati kita akan begitu tersentuh karena keluhuran akhlak dan adab mereka kepada Allah SWT. Orang-orang salih ialah mereka yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT, baik karena ilmu maupun karena amal/perbuatannya.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran yang artinya “Allah SWT akan mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Syekh Muhammad Yunus pernah berkata: “Aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih berguna bagi kalbu melebihi mengenang orang-orang salih.” Lebih lanjut seperti dalam sebuah ungkapan dijelaskan bahwa “Tatkala diceritakan orang-orang salih, maka turun rahmat dari Allah SWT”

Dalam sebuah firman-Nya, Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang mana hal tersebut tak terlepas dari kebiasaan orang-orang salih. Ketiga sifat tersebut diantaranya yaitu “orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain” (QS. Ali-Imran: 134)

Dermawan Tanpa Perhitungan

Sosok Khalifah Utsman bin Affan tentunya tak asing lagi bagi kaum muslim. Beliau yang terkenal memiliki sifat pemalu ini tentunya juga merupakan seorang yang sangat dermawan.

Basyir Al-Aslami ra. Bercerita: “Ketika kaum muhajirin baru tiba di Madinah, mereka kesulitan mendapatkan air minum. Salah seorang lelaki dari Bani Ghifar memiliki mata air bernama Rumah dan biasa menjual satu wadah dengan harga satu mud (kurma).

Suatu saat Rasulullah SAW berkata padanya “Juallah mata air itu kepadaku dengan mata air di surga.” Namun ia menjawab “Ya Rasulullah, hanya mata air itu yang aku dan keluargaku miliki.” Mendengar kabar tersebut, Sayyidina Utsman langsung bergegas membeli mata air itu dengan harga 35 dirham.

Setelah itu, beliau menemui Rasulullah dan berkata “Ya Rasulullah, bila aku membeli mata air itu, akankah kau berikan padaku mata air di surga seperti yang kau katakan kepada lelaki Ghifar itu?” Rasulullah SAW menjawab “iya”. Lalu Sayyidina Utsman berkata “Saya telah membelinya dan saya berikan untuk kaum muslim.”

Penyabar, Tidak Emosian

“Manusia yang paling mulia dialah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujurot: 13) Begitulah firman Allah SWT dalam Al-Quran. Rasulullah SAW adalah manusia yang paling bertaqwa diantara orang-orang yang bertaqwa. Bagaimana tidak, seperti disebutkan dalam syair qasidah yaitu Atqal Atqiya’ . Beliau pemimpin orang-orang yang bertaqwa & para shalihin.

Keteladanannya tak luput oleh zaman. Diantara salah satu kearifannya, beliau adalah sosok yang sangat penyabar dan tak suka membalas keburukan orang lain atas dirinya. Malah membalasnya dengan doa kebaikan.

Hal itu ditunjukkan ketika beliau pergi ke daerah Thaif untuk berdakwah. Sesampainya disana, ternyata beliau tak diterima oleh masyarakat. Mereka melakukan penolakan hingga melempari Rasulullah  dengan batu, hingga wajah Rasulullah terluka.

Namun alih-alih beliau marah, beliau justru menanggapinya dengan ketenangan. Beliau melakukan shalat lalu memanjatkan doa. Malaikat jibril yang iba melihat Rasulullah terluka fisik dan hatinya, berkata kepada malaikat-malaikat di gunung.

Malaikat-malaikat itu berkata “Jika Rasulullah SAW mengizinkan, aku bisa saja membalikkan gunung di atas mereka” sebagai bentuk balasan atas keingkaran penduduk Thaif kepada Nabi.

Nabi dengan lembut lagi-lagi tidak mau membalas keburukan yang telah penduduk Thaif itu lakukan kepadanya. Beliau berharap walaupun mereka menolak ajaran islam, kelak akan ada keturunannya yang menyembah Allah dan beribabadah kepada-Nya. Nabi bahkan berdoa yang artinya “Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Suka Memaafkan

Orang-orang salih memiliki hati yang bersih. Ia tak rela hanya karena dorongan nafsunya, lantas berbuat sewenang-sewenang kepada orang lain. Diantara sifat luhur dari ciri-ciri mereka ialah suka memaafkan & tidak mendendam.

Suatu ketika Syekh Ibrahim bin Adham duduk di suatu jalan, sedang bertafakkur. Sebagaimana pada umumnya, pandangan orang yang bertafakkur/merenung terkadang tak jelas dan sulit untuk dimengerti. Kebetulan pandangan Syekh Ibrahim bin Adham mengarah kepada sebuah pohon milik seseorang.

Sang pemilik pohon tersebut menyangka Ibrahim bin Adham sedang memperhatikan buahnya dan berencana untuk mencurinya. Lalu datanglah orang itu kepada Ibrahim bin Adham dan menampar wajahnya ketika itu juga. Setelah itu, Ibrahim bin Adham berdiri kemudian berlalu tanpa membalasnya.

Orang lain yang melihat kejadian itu menegur sang pemilik pohon. “Kau kenal tidak, siapa orang yang kau tampar tadi?! Dia Ibrahim bin Adham!” katanya. Lalu pemilik pohon terkejut “Ibrahim bin Adham (Syekh) yang terkenal itu?”

Akhirnya ia langsung berlari menemui Ibrahim bin Adham dan berkata “Wahai Syekh, saya minta maaf. Saya tidak tahu kalau engkau ini Ibrahim bin Adham.”

Lalu Ibrahim bin Adham menjawab “sebelum tanganmu tadi sampai ke pipiku, aku sudah memaafkan seluruh kesalahanmu.”

Berkaitan dengan ini, teringat sebuah nasehat yang pernah Habib Ali Al-Jufri katakan dalam sebuah ceramahnya. Beliau berkata “Anjing suka menggonggong, banteng suka menyeruduk, keledai suka menendang. Akan tetapi orang yang berjalan menuju Allah SWT suka mengampuni dan memaafkan.” Semoga kita termasuk diantaranya (suka mengampuni & memafkan).

 

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *